Sekitar tahun 2003-2004 beberapa mahasiswa sowan kepada kyai. Seperti biasa, tujuan kedatangan mereka ke kyai adalah untuk menjalin silaturrahim. Selain itu, mereka juga minta tausiyah dan doa restu.
Karena menjelang ujian, tentu saja pak yai menyuruh untuk belajar dan mendoakan agar bisa mengerjakan dengan baik dan lulus. Setelah dapat ijazah, ijab sah. Kurang lebih seperti itu.
Pak yai tidak langsung mendoakan pintar tetapi menasehati agar berusaha. Selain usaha fisik juga batin.
Untuk kelapangan hati, beliau menyarankan agar sering-sering membaca alam nasyroh (surat al insyiroh). Sebagamana kita ketahui, membaca al Quran adalah sunnah da al Quran adalah obat. Beliau menyarankan agar menghayati makna dari yang kita baca.
Sebuah kejadian besar -menurut saya- terjadi. Kombinasi antara rasa senang karena lulus meski dengan belajar yang segitu-segitu aja dan rasa sedih karena mendapat kabar tertinggal dari yang dinantikan. Hati saya berkecamuk. Penuh menampung campuran rasa.
Setelah sholat dhuha, saya baca alam nasyroh sambil merenung mengingat-ingat artinya. Meskipun surat ini diturunkan dan awalnya ditujukan kepada nabi, namun alquran adalah petunjuk bagi semua manusia. Oleh karena itu, ketika membaca surat ini saya merasa tersindir…
Hingga sampai akhir surat, akhirnya saya menangis malu. Dan efeknya, hati menjadi lebih lega.
Tinggalkan Balasan